3.1.a.9 Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

3.1.a.9  Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran




“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namum mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ”

( Teaching kids to count is fine but taching them what counts is the best )

~Bob Talbert~

 


Salam bahagia,

    Kutipan diatas terkait erat dengan proses pembelajaran yang sedang kita lakukan pada saat ini sebagai pemimpin pembelajaran. Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita dan bagaimana kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan kita.

    Hallo sahabat, tak terasa kita sampai pada koneksi antar materi dimana Calon Guru Penggerak membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.

    Sebelum saya menuliskan pemahaman saya akan kaitan antar materi saya akan menuliskan kembali hasil rangkuman yang berkaitan dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan sebelum mengambil keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan efektif bagi semua orang.

A.    Perbedaan Dilema Etika dan Bujukan Moral 

    Dalam pengambilan keputusan ada dua hal yang terjadi yaitu dilema etika dan bujukan moral. Berikut perbedaan keduanya:

·         Dilema etika (benar lawan benar)

Adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar namun bertentangan.

·         Bujukan moral (benar lawan salah)

Adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

B.     Empat Paradigma Dilema

    Ketika kita menghadapi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan yang mendasari dan bertentangan seperti, cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan hidup.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika seperti yang dikategorikan di bawah ini:

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

     Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. Ketika di dalam kelas guru harus dapat membuat pilihan bila satu kelompok membutuhkan waktu banyak, tapi kelompok lain sudah siap untuk pelajaran berikutnya. Apakah pilihan yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu melawan kelompok.

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

    Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang aturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasan hormat terhadap keadilan (sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan). Sebagai contoh, ada peraturan di rumah yang mengharuskan kita ada di rumah saat makan malam. Namun suatu hari pulang terlambat karena teman membutuhkan bantuan.

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalti)

    Kebenaran, kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentang dalam dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (bertanggung jawab). Perlu membuat pilihan untuk berlaku jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau menjunjung nilai kesetiaan pada profesi/kelompok/komitmen. Sebagai contoh, hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang dalam masalah.

4.      Jangka pendek melawan jangka panjang (short term vs long term)

    Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk saat mendatang. Paradigma ini bisa terjadi tingkat personal dan permasalan sehari-hari atau tingkat yang lebih luas. Contohnya ketika kita membuat pilihan seberapa banyak uang yang akan digunakan dan seberapa banyak uang yang akan ditabung nanti, memilih bersenang-senang atau belajar. 

C.    Tiga Prinsip Pengambilan Keputusan

    Dalam pengambilan sebuah keputusan ada tiga prinsip yang melandasinya. Ketiga prinsip ini yang sering kali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi ( Kidder, 2009, hal 144 ). Ketiga prinsip tersebut yaitu

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

D.    Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

    Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita harus memastikan bahwa keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan. Berikut ini adalah 9 langkah dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena ada beberapa nilai yang bertentangan.

1.      Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2.      Menentukan siapa yang telibat dalam situasi ini

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.      Penguji benar atau salah

·         Uji legal

·         Uji regulasi/standar profesional

·         Uji intuisi

·         Uji publikasi halaman depan koran

·         Uji panutan/idola

5.      Pengujian Paradigma Benar Lawan Salah

6.      Melakukan Prinsip Resolusi

7.      Investigasi Opsi Trilema

8.      Buat Keputusan

9.      Lihat lagi keputusan dan Refleksikan

    Untuk menunjukkan pemahaman saya akan kaitan materi ini saya akan membuat rangkuman yang menunjukkan koneksi antar materi. Ada 10 pertanyaan pemandu yang dapat saya gunakan untuk membuat sebuah koneksi antar materi.

1.  Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

    Menurut ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan adalah  memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya  baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hadjar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci untuk memcapainya. Pendidikan menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diwariskan.

    Pada tahun 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa. Beliau pun mencetuskan asas-asas pendidikan yang dikenal sebagai Pratap Triloka. PratapTriloka terdiri atas tiga semboyan yaitu:

1.      Ing Ngarso Sung Tuladha

    Yang berarti bahwa sebagai guru yang di depan dapat memberikan teladan/contoh yang baik bagi murid-muridnya, rekan sejawat, maupun anggota masyarakat. Oleh karena itu dalam mengambil sebuah keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus telebih dahulu menganalisis dan mempertimbangkan segala keputusan yang diambil, karena keputusan tersebut akan menjadi contoh bagi murid, rekat sejawat dan anggota masyarakat.

2.      Ing Madya Mangun Karsa

    Yang artinya ditengah (guru) dapat membangun semangat motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta mampu membangun semangat dan motivasi akan kemampuan muridnya.

3.      Tut Wuri Handayani

    Yang berarti di belakang guru harus mampu memberikan dorongan semangat pada murid agar dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Sebagai pemimpin pembelajaran guru harus mampu mengambil suatu keputusan yang terkait dengan pembelajaran dan kegiatan sekolah yang dapat mendorong agar murid berkembang sesuai dengan minatnya dan kemampuannya.

    Ketiga semboyan tersebut sangat berpengaruh terhadap  pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran bahwa seorang guru akan menjadi contoh dan teladan dalam setiap pengambilan keputusan yang menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan baik di lingkungan kelas maupun di sekolah. Selain itu guru juga dapat memberikan gagasan dan ide kreatif (opsi trilema) pada setiap pengabilan keputusan.

2.     Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 

    Nilai berkaitan erat dengan peran yang sudah dipelajari pada modul 1 sebelumnya yaitu materi nilai dan peran guru penggerak. Nilai ini diharapkan terus tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang guru penggerak. Kelima nilai ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lain yang tentunya menjadi pedoman berperilaku seorang guru.

    Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru diharapkan memiliki nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai ini berpengaruh terhadap setiap pengembilan keputusan. Seperti nilai mandiri, inovatif, relektif, kolaboratif dan berpihak pada murid dalam diri guru penggerak akan menjadi dasar nilai yang baik dalam menentukan berbagai pilihan pengambilan keputusan yang dilakukan. Mempengaruhi guru dalam menentukan siapa yang berperan dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Menjadi dasar juga untuk menentukan inisitif dengan berpikir cepat dan tepat dalam menghadapi situasi dilema etika untuk menentukan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang tepat, efektif, dan bertanggung jawab serta berpihak pada murid.

3.   Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lalukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan `coaching` (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama pegujian pengambilan keputusan yang tealh diambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkan ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi `coaching` yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

    Dalam proses pengambilan keputusan, selain melakukan menetukan dilema, pengujian paradigma, prinsip resolusi, dan menjalankan konsep pengambilan keputusan (9 langkah) diperlukan juga keterampilan lain yang tealah dipelajari pada modul 2 sebelumnya. Salah satunya adalah keterampilan coaching.

    Dengan teknik coaching, seorang guru akan menjadi coach bagi dirinya sendiri maupun orang lain dengan membangun komunikasi asertif, mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali potensi dan menemukan solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan efektif. Pembimbingan yang telah dilakukan oelh pendamping atau fasilitator telah membantu saya untuk membuat evaluasi dan refleksi tentang praktik pengambilan keputusan yang dilakukan. Apakah keputusan tersebut tealh efektif.

    Pada proses coaching, langkah pengujian pun dapat diketahui dengan jelas. Dalam pengambilan keputusan sebagai coach kita dapat meminta penjelasan kepada coachee dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan  terbuka yang dapat menggali potensi dan menemukan solusi atas permasalah yang dihadapi dengan melihat pilihan pengambilan keputusan yang tepat.

4.     Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

    Pada saat pengambilan keputusan dilakukan seorang guru perlu memiliki kemapuan dan keterampilan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya agar proses pengambilan keputusan dilakukan dengan penuh kesadaran akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan baik itu pilihan maupun dampak yang diakibatkan. Ketika seirang guru telah menguasai pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang baik mengenai aspek sosial dan emosional, maka kepitusan yang diambil juga dapat dipertanggungjawabkan. Kesadaran akan aspek sosial emosional saat pengambilan keputusan juga diperlukan oleh guru terutama pada saat dihadapkan pada kasus tertentu yang menuntutnya untuk mengambil suatu keputusan yang tepat dan efektif, guru dapat mengarahkan diri untuk melakukan teknik STOP dengan berhenti sejenak, kemudian menarik nafas panjang untuk membarikan waktu memahami dengan baik kasus yang dihadapi. Guru juga akan mencari tahu apa yang dirasakan murid dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang berkesadaran penuh inilah yang akan mempengaruhi setiap keputusan yang diambil.

5.   Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

    Seorang guru yang tealh memiliki nilai-nilai yang tertanam dalam diri kan mampu mengambil keputusan yang sejalan dengan nilai-nilai kebajikan yang dianut. Dalam menjalankan perannya sering kali guru dihadapkan pada situasi yang meragukan antara dileman etika dan bujukan moral. Melalui studi kasus guru harus memahami terlebih dahulu perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral. Menentukan paradigma dan prinsip resolusi, kemudian guru akan menetapkan langkah pengambilan keputusan.

6.  Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

    Sebuah pengambilan keputusan yang tepat tentunya harus dilakukan secara bertahap dengan menganalisis setiap kasus atau masalah. Mempertimbangkan semua aspek yang ada seperti paradigma dilema etika apa yang terjadi, prinsip resolusi pengambilan keputusan mana yang paling tepat akan diambil. Selanjutnya langkah-langkah apa yang akan diterapkan dalam pengambilan keputusan.

 

7.  Selanjutnya, apakah kesulitan-kesuliatan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

    Kesulitan muncul ketika terjadi perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudh lama dianut. Permasalahan terjadi ketika guru dipaksa untuk memilih pilihan yang kurang tepat dan tidak berpihak pada murid. Juga ketika keputusan diambil tanpa menganalisis terlebih dahulu kasus-kasus dilema etika sehingga muncul banyak kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan. Di lingkungan saya yang sulit dilaksanakan untuk mengambil sebuah keputusan adalah ketika kita dihadapkan pada kasus dilema etika yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dengan melihat kasus secara obyektif tanpa pengaruh dan intimidasi pihak manapun.

8.     Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

    Keputusan yang diambil pasti akan memiliki pengaruh terhadap pengajaran, apabila keputusan tersebut sudah berpihak pada murid, dalam hal ini sudah sesuai dengan kebutuhan murid maka, hal ini juga akan dapat memerdekakan  murid dalam belajar dan pada akhirnya murid akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan potendi dan kodratnya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

    Keputusan yang diambil tentu saja akan berpengaruh pada kehidupan sekarang dan masa depan murid. Pengambilan keputusan yang tepat dan efektif akan berdampak pada perubahan murid ke depannya. Oleh karena itu, untuk menghadirkan masa depan murid yang lebih baik melalui guru perlu mempertimbangkan setiap keputusan yang diambil apakah sesuai denga kebutuhan mereka di masa depan. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan agar murid juga mampu mengambil keputusan terbaik bagi masa depannya.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapt Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

    Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul ini, bahwa sebagai guru sudah seharusnya kita mengubah cara pandang dan cara berpikir kita mengenai pengajaran yang selama ini kita lakukan. Pengajaran yang kita lakukan adalah bentuk dari coaching. Dalam hal ini guru harus mampu menggali potensi serta memberikan bimbingan agar murid dapat mengambil keputusan dan menemukan solusi yang terbaik bagi kehidupannya saat ini dan masa mendatang. Pengambilan keputusan dalam pengajaran yang memerdekaan murid haruslah benar-benar berpihak pada murid. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Sebagai guru kita juga harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengambil keputusan yang tepat dan efektif dalam pengajaran yang memerdekakan murid demi kebaikan mereka di masa depan. Guru juga perlu mempertimbangkan bentuk diferensiasi dan sosial emosional murid dalam setiap pengambilan keputusan dengan tujuan agar keputusan pengajaran yang kita lakukan sesuai dengan kebutuhan murid saat ini dan masa yang akan datang.

    Demikian kaitan materi modul-modul sebelumnya yang terangkum dalam koneksi antar materi pada modul 3.1.a.9 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.Semoga bermanfaat meskipun terdapat banyak kekurangan pada tulisan saya ini. Saran dan kritik yang membangun saya harapkan demi kebaikan tulisan-tulisan saya kedepannya.

 

 

 



Komentar

  1. Keren sekali Bu Nani, Semua terangkum dengan jelas dan mudah dipahami.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer